Perang Tarif Bikin Harga Minyak Terus Tertekan
Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.
Houston - Harga minyak terus mengalami tekanan karena adanya anggapan dari pelaku pasar bahwa telah terjadi perang harga antara sesama negara-negara pengekpor minyak (OPEC) dan juga perang harga antara negara-negara OPEC dengan non pengekspor minyak (non OPEC).
Mengutip New York Times, Kamis (6/11/2014), West Texas Intermediate, patokan harga minyak di Amerika Serikat (AS), turun dua persen menjadi US$ 77,19 per barel. Minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak global juga mengalami penurunan sebesar 2,3 persen menjadi US$ 82,82 per barel.
Penurunan yang cukup besar atau penurunan yang hingga mencapai 2 persen tersebut merupakan reaksi yang berlebih akibat pemotongan harga jual Arab Saudi kepada pasar Amerika yang mencapai 45 sen per barel.
Upaya tersebut ditafsirkan oleh banyak pelaku pasar sebagai langkah negara tersebut agar bisa tetap bisa mempertahankan pasar mereka dari negara-negara produsen minyak lainnya.
Di sisi lain produksi minyak di Amerika Sendiri pada enam tahun terakhir terus meningkat hingga mencapai 70 persen. Peningkatan tersebut membuat impor minyak dari negara-negara OPEC terus berkurang hingga setengahnya.
Sebagian besar analis percaya bahwa produksi minyak yang cukup tinggi di Amerika tersebut membuat harga minyak kembali mengalami tekanan hingga US$ 70 per barel, karena produsen-produsen kecil mencoba untuk mempertahankan pasar dengan mengurangi harga jual.
Namun memang, harga minyak ke depannya akan sangat tergantung kepada hasil dari pertemuan OPEC yang akan berlangsung pada 27 November nanti.
Beberapa negara anggota OPEC seperti Venezuela telah merekomendasikan untuk menurunkan produksi sehingga bisa mempertahankan harga jual. Namun beberapa negara lainnya seperti Arab Saudi memandang bahwa penurunan produksi tersebut belum terlalu penting.
Mengutip New York Times, Kamis (6/11/2014), West Texas Intermediate, patokan harga minyak di Amerika Serikat (AS), turun dua persen menjadi US$ 77,19 per barel. Minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak global juga mengalami penurunan sebesar 2,3 persen menjadi US$ 82,82 per barel.
Penurunan yang cukup besar atau penurunan yang hingga mencapai 2 persen tersebut merupakan reaksi yang berlebih akibat pemotongan harga jual Arab Saudi kepada pasar Amerika yang mencapai 45 sen per barel.
Upaya tersebut ditafsirkan oleh banyak pelaku pasar sebagai langkah negara tersebut agar bisa tetap bisa mempertahankan pasar mereka dari negara-negara produsen minyak lainnya.
Di sisi lain produksi minyak di Amerika Sendiri pada enam tahun terakhir terus meningkat hingga mencapai 70 persen. Peningkatan tersebut membuat impor minyak dari negara-negara OPEC terus berkurang hingga setengahnya.
Sebagian besar analis percaya bahwa produksi minyak yang cukup tinggi di Amerika tersebut membuat harga minyak kembali mengalami tekanan hingga US$ 70 per barel, karena produsen-produsen kecil mencoba untuk mempertahankan pasar dengan mengurangi harga jual.
Namun memang, harga minyak ke depannya akan sangat tergantung kepada hasil dari pertemuan OPEC yang akan berlangsung pada 27 November nanti.
Beberapa negara anggota OPEC seperti Venezuela telah merekomendasikan untuk menurunkan produksi sehingga bisa mempertahankan harga jual. Namun beberapa negara lainnya seperti Arab Saudi memandang bahwa penurunan produksi tersebut belum terlalu penting.
Sumber: Liputan6.com,
0 komentar:
Posting Komentar